KLIK LIKE DAN TEKAN PANGKAH (X) 2 KALI UNTUK TUTUP Button Close
Semuanya Cerita Baru

Post Top Ad

Post Top Ad

Friday 24 February 2017

04:37

Harga Minyak Petrol Naik Bermula 1 Mac 2017

Bulan lepas minyak petrol naik 2o sen menyebabkan ramai rakyat Malaysia marah dan bengang kerana kenaikan minyak petrol dan diesel tersebut.
Namun, info yang kami perolehi, bermula pada 1 Mac 2017, harga minyak petrol dan diesel naik lagi sebanyak 20 sen!
Bermakna harga minyak petrol RON95 (kuning) berharga RM2.50 seliter, minyak petrol RON97 (hijau) RM3.00 seliter dan minyak diesel berharga RM2.45 seliter.
Kenaikkan minyak di Malaysia ini berkemungkinan nilai matawang Malaysia yang semakin hari semakin susut.
Adakah minyak di negara kita bulan seterusnya akan naik lagi? Sama-sama kita nantikan

Sunday 5 February 2017

Friday 3 February 2017

09:19

ANTARA BERGAJI KECIL DAN MEMINTA-MINTA?



Hadith: 
 
Daripada Abu Hurairah RA katanya : Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya orang yang membawa seberkas kayu di atas belakangnya adalah lebih baik daripada dia meminta-minta daripada orang lain sama ada diberi atau pun tidak”.
 
Huraian Hadith: 
 
  1. Islam menggalakkan umatnya supaya mencari rezeki yang halal dengan hasil usaha sendiri kerana ia akan diberkati oleh Allah SWT.
  2. Sifat suka meminta-minta daripada orang lain adlaah antara sifat yang dikeji oleh Islam. Oleh itu setiap orang Islam hendaklah menjauhi daripada sifat demikian.

(Hadith Riwayat al-Bukhari dan Muslim)


via Bin Usrah

Sumber : 1CiteMalaya
09:19

(AL-QURAN & HADIS) Tuntutan ISLAM menghormati AL-QURAN




Apabila diperdengarkan ayat ayat suci Al Quran maka diamlah dan dengarlah.

ﻭَﺇِﺫَا ﻗُﺮِﺉَ ٱﻟْﻘُﺮْءَاﻥُ ﻓَﭑﺳْﺘَﻤِﻌُﻮا۟ ﻟَﻪُۥ ﻭَﺃَﻧﺼِﺘُﻮا۟ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﺮْﺣَﻤُﻮﻥَ

Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.
(Al-A’raf – 7:204)
Huraian
  1. Allah menuntut agar hambanya menghormati apabila terdengar bacaan al-Quran
  2. Rahmat yang dimaksudkan adalah petunjuk dan hidayah yang tersurat dan tersirat di sebalik ayat-ayat suci al-Quran.
Oleh itu, kita seharusnya menghormati apabila terdengar alunan bacaan al-Quran. Sekilas, ayat ini memerintahkan untuk mendengarkan dan memerhatikan bacaan Alquran. Hal ini berdasarkan pada kata اسْتَمِعُوا dan أَنْصِتُوا dengan menggunakan fi`l amr (kata perintah). Namun, ulama berbeda pendapat tentang ketegasan, kondisi dan objek perintah dalam ayat tersebut. Perbedaan itu dapat disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

1. Banyak ulama memahami ayat di atas secara khusus, yakni mengaitkannya dengan asbâb an-nuzûl. Dalam hal ini, ada dua kumpulan riwayat yang menjelaskan tentang sebab turunnya. Pertama, ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan bacaan imam dalam shalat. Artinya, ketika imam membaca ayat Alquran, makmum harus diam dan mendengarkan.[1] Imam as-Suyûthi (849-911 H) dalam tafsirnya ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, menyebukan banyak riwayat menjelaskan hal ini, diantaranya:

عَنْ أَبِي هُرَيرَة فِي قَولِه: وَإِذَا قُرِىءَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا، قَالَ: نَزَلَتْ فِي رَفْعِ الأَصْوَات، وَهُمْ خَلْفَ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم فِي الصَّلاَة.

            “Dari Abû Hurairah, beliau berkata mengenai ayat, “Apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah dan diamlah” (QS. Al-A`râf [7]: 204), ayat ini turun ketika para jamaah mengangkat suara dibelakang Nabi dalam shalat. Hadis ini dikeluarkan oleh Ibnu Jarîr, Ibnu Abî Hâtim, al-Baihaqî, dan Ibnu `Asâkir.[2]Imam Ahmad menerangkan bahwa umat Islam sepakat tentang surat al-A`râf ayat 204 ini berkenaan dengan bacaan shalat.[3] Bahkan Ibnu Abbâs pernah ditanya mengenai ayat tersebut, apakah ayat ini dipahami secara umum, beliau menjawab bahwa ayat ini khusus dalam shalat wajib.[4]

            Kedua, ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan shalat dan bacaan khatib dalam khutbah jumat dan atau khutbah `idul fitri dan adha. Riwayat yang menjelaskan hal ini adalah:

عَنْ ابْنِ عَبَّاس فِي قَولِه: وَإِذَا قُرِىءَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَه وَأَنْصِتُوا، قَالَ: نَزَلَتْ فِي رَفْعِ الأَصْوَات خَلْفَ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم فِي الصَّلاَة، وَفِي الخُطْبَةِ لِأَنَّهَا صَلاَةٌ، وَقَالَ: مَنْ تَكَلَّّمَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ فَلاَ صَلاَةَ لَهُ.

            “Dari Ibnu Abbâs, beliau berkomentar tentang ayat, “Apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah dan diamlah” (QS. Al-A`râf [7]: 204), ayat ini turun ketika para jamaah mengangkat suara dibelakang Nabi dalam shalat dan khutbah, karena khutbah adalah shalat. Nabi bersabda, “Siapa yang berbicara pada hari Jum’at sedangkan imam berkhutbah, maka tidak ada shalat baginya.” Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Mardawaih dan al-Baihaqi.[5]

            Pendapat ini diusung oleh Mujahid, namun menurut Imam Ibn al-`Arabi, pendapat ini lemah, karena membaca Alquran dalam khutbah sangat sedikit, sedangkan perintah untuk diam dan mendengarkan dari mulai awal khutbah sampai akhirnya.[6] Imam as-Samarqandî menjelaskan bahwa Mujahid berpendapat, ayat tersebut bukan hanya berkenaan dengan khutbah saja, tapi juga berkenaan dengan bacaan imam dalam shalat. Bahkan jelas bahwa Mujahid berpendapat boleh berbicara ketika orang membaca Alquran di luar shalat.[7]

            2. Kumpulan ulama al-Azhar yang tergabung dalam penulisan Tafsîr al-Wasîthmenjelaskan bahwa wajib hukumnya bagi orang yang ada dalam suatu halaqah Alquran untuk diam dan mendengarkan bacaan Alquran.[8] Oleh pengarang tafsir, ayat ini dimaknai secara khusus walau tanpa ada penjelasan apa yang mengkhususkannya. Namun demikian, makna ini cukup bagus untuk diikut, karena tidak wajar jika Alquran dibacakan, orang yang ada dalam halaqah tersebut sibuk dengan urusan yang lain.

            Muhammad Amin al-Urami al-Harari menjelaskan bahwa sangat dibenci (makrûh syadîdah) orang yang tidak mendengarkan bacaan Alquran pada halaqah yang mana Alquran dibacakan. Lebih tegas beliau menambahkan bahwa tidak boleh membaca Alquran pada kumpulan orang yang tidak mau mendengarkannya.[9]

Daftar Pustaka

Abû Bakar Muhammad bin Abdullâh (Ibn al-`Arabî), Tafsîr Ahkâm al-Qur’ân, Bairut: Dâr al-Jail, tt.
Abû Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrâhîm as-Samarqandî (w. 375 H), Tafsîr as-Samarqandî al-Musammâ bi Bahr al-`Ulûm, Bairut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1993.
Al-Qurthubi, al-Jâmi` li Ahkâm al-Qur’ân, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2002.
An-Nasâ’i, Sunan an-Nasâ’i, Riyâdh: Maktabah al-Ma`ârif, tt.
Fakhruddîn ar-Râzî, at-Tafsîr al-Kabîr au Mafâtîh al-Ghaib, Kairo: Maktabah at-Taufiqiyah, 2003.
Jalal ad-Din as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, Cairo: Markaz Hijr li al-Buhuts wa ad-Dirasat al-`Arabiyah wa al-Islamiyah, 2003.
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, al-Jumanatul Ali Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: J-ART, 2005.
Muhammad Amîn al-Uramî al-Hararî, Tafsîr Hadâ’iq ar-Rauh wa ar-Raihân fî Rawâbî `Ulûm al-Qur’ân, Bairut: Dâr ath-Thauq an-Najâh, 2001.





via Bin Usrah

Sumber : 1CiteMalaya
09:19

MAKANAN DAN MINUMAN MENURUT AL-QURAN


MAKANAN & MINUMAN – 1

[1] Allah menyuruh umat manusia untuk makan dan minum (Qs.7:31)
ﻳَٰﺒَﻨِﻰٓ ءَاﺩَﻡَ ﺧُﺬُﻭا۟ ﺯِﻳﻨَﺘَﻜُﻢْ ﻋِﻨﺪَ ﻛُﻞِّ ﻣَﺴْﺠِﺪٍ ﻭَﻛُﻠُﻮا۟ ﻭَٱﺷْﺮَﺑُﻮا۟ ﻭَﻻَ ﺗُﺴْﺮِﻓُﻮٓا۟ ۚ ﺇِﻧَّﻪُۥ ﻻَ ﻳُﺤِﺐُّ ٱﻟْﻤُﺴْﺮِﻓِﻴﻦَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(Al-A’raf – 7:31)
[2] Namun dilarang berlebihan / melampaui batas (Qs.7:31)
[3] Allah marah bila makan dan minum melampaui batas (Qs.20:81)
ﻛُﻠُﻮا۟ ﻣِﻦ ﻃَﻴِّﺒَٰﺖِ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَٰﻜُﻢْ ﻭَﻻَ ﺗَﻂْﻐَﻮْا۟ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﻴَﺤِﻞَّ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻏَﻀَﺒِﻰ ۖ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﺤْﻠِﻞْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻏَﻀَﺒِﻰ ﻓَﻘَﺪْ ﻫَﻮَﻯٰ
Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.
(Taha – 20:81)
[4] Makan dan minumlah yang halal dan yang toyib / baik (Qs.2:168)
ﻳَٰٓﺄَﻳُّﻬَﺎ ٱﻟﻨَّﺎﺱُ ﻛُﻠُﻮا۟ ﻣِﻤَّﺎ ﻓِﻰ ٱﻷَْﺭْﺽِ ﺣَﻠَٰﻼً ﻃَﻴِّﺒًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮا۟ ﺧُﻂُﻮَٰﺕِ ٱﻟﺸَّﻴْﻂَٰﻦِ ۚ ﺇِﻧَّﻪُۥ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻣُّﺒِﻴﻦٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(Al-Baqarah – 2:168)
[5] Setelah itu, bersyukurlah kepada Allah (Qs.2:172)
ﻳَٰٓﺄَﻳُّﻬَﺎ ٱﻟَّﺬِﻳﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا۟ ﻛُﻠُﻮا۟ ﻣِﻦ ﻃَﻴِّﺒَٰﺖِ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَٰﻜُﻢْ ﻭَٱﺷْﻜُﺮُﻭا۟ ﻟِﻠَّﻪِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. (Al-Baqarah – 2:172)
SUMBER: DOADANKAJIANISLAMI


via Bin Usrah

Sumber : 1CiteMalaya
09:19

SIHAT DAN SAKIT MENURUT ISLAM


SIHAT DAN SAKIT MENURUT AL-QURAN
[1] Allah menurunkan Al Quran sebagai syifa (obat) (Qs.17:82)
ﻭَﻧُﻨَﺰِّﻝُ ﻣِﻦَ ٱﻟْﻘُﺮْءَاﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎٓءٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ۙ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ٱﻟﻆَّٰﻠِﻤِﻴﻦَ ﺇِﻻَّ ﺧَﺴَﺎﺭًا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian. (Al-Isra’ – 17:82)
*Nabi saw mendoakan kesembuhan dengan membaca Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas.
*Nabi saw juga membenarkan sahabatnya yang mengobati dengan membacakan surat Al Fatihah
[2] Bagi orang orang yang beriman, Al Quran adalah syifa (Qs.41:44)
ﻭَﻟَﻮْ ﺟَﻌَﻠْﻨَٰﻪُ ﻗُﺮْءَاﻧًﺎ ﺃَﻋْﺠَﻤِﻴًّﺎ ﻟَّﻘَﺎﻟُﻮا۟ ﻟَﻮْﻻَ ﻓُﺼِّﻠَﺖْ ءَاﻳَٰﺘُﻪُۥٓ ۖ ءَا۬ﻋْﺠَﻤِﻰٌّ ﻭَﻋَﺮَﺑِﻰٌّ ۗ ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا۟ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﺷِﻔَﺎٓءٌ ۖ ﻭَٱﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻻَ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﻓِﻰٓ ءَاﺫَاﻧِﻬِﻢْ ﻭَﻗْﺮٌ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻋَﻤًﻰ ۚ ﺃُﻭ۟ﻟَٰٓﺌِﻚَ ﻳُﻨَﺎﺩَﻭْﻥَ ﻣِﻦ ﻣَّﻜَﺎﻥٍۭ ﺑَﻌِﻴﺪٍ
Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah, “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”.
(Fussilat – 41:44)
[3] Al Quran juga syifa (obat) bagi segala penyakit hati (Qs.10:57)
ﻳَٰٓﺄَﻳُّﻬَﺎ ٱﻟﻨَّﺎﺱُ ﻗَﺪْ ﺟَﺎٓءَﺗْﻜُﻢ ﻣَّﻮْﻋِﻆَﺔٌ ﻣِّﻦ ﺭَّﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺷِﻔَﺎٓءٌ ﻟِّﻤَﺎ ﻓِﻰ ٱﻟﺼُّﺪُﻭﺭِ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus – 10:57)
[4] Madu dengan berbagai macam warnanya, diciptakan Allah sebagai obat penyembuh bagi manusia (Qs.16:69)
ﺛُﻢَّ ﻛُﻠِﻰ ﻣِﻦ ﻛُﻞِّ ٱﻟﺜَّﻤَﺮَٰﺕِ ﻓَﭑﺳْﻠُﻜِﻰ ﺳُﺒُﻞَ ﺭَﺑِّﻚِ ﺫُﻟُﻻً ۚ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦۢ ﺑُﻂُﻮﻧِﻬَﺎ ﺷَﺮَاﺏٌ ﻣُّﺨْﺘَﻠِﻒٌ ﺃَﻟْﻮَٰﻧُﻪُۥ ﻓِﻴﻪِ ﺷِﻔَﺎٓءٌ ﻟِّﻠﻨَّﺎﺱِ ۗ ﺇِﻥَّ ﻓِﻰ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻻَءَﻳَﺔً ﻟِّﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﺘَﻔَﻜَّﺮُﻭﻥَ
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan
(An-Nahl – 16:69)
[5] Allah menyebut pohon zaitun sebagai pohon yang banyak berkahnya (Qs.24:35)
ٱﻟﻠَّﻪُ ﻧُﻮﺭُ ٱﻟﺴَّﻤَٰﻮَٰﺕِ ﻭَٱﻷَْﺭْﺽِ ۚ ﻣَﺜَﻞُ ﻧُﻮﺭِﻩِۦ ﻛَﻤِﺸْﻜَﻮٰﺓٍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣِﺼْﺒَﺎﺡٌ ۖ ٱﻟْﻤِﺼْﺒَﺎﺡُ ﻓِﻰ ﺯُﺟَﺎﺟَﺔٍ ۖ ٱﻟﺰُّﺟَﺎﺟَﺔُ ﻛَﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻛَﻮْﻛَﺐٌ ﺩُﺭِّﻯٌّ ﻳُﻮﻗَﺪُ ﻣِﻦ ﺷَﺠَﺮَﺓٍ ﻣُّﺒَٰﺮَﻛَﺔٍ ﺯَﻳْﺘُﻮﻧَﺔٍ ﻻَّ ﺷَﺮْﻗِﻴَّﺔٍ ﻭَﻻَ ﻏَﺮْﺑِﻴَّﺔٍ ﻳَﻜَﺎﺩُ ﺯَﻳْﺘُﻬَﺎ ﻳُﻀِﻰٓءُ ﻭَﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﺗَﻤْﺴَﺴْﻪُ ﻧَﺎﺭٌ ۚ ﻧُّﻮﺭٌ ﻋَﻠَﻰٰ ﻧُﻮﺭٍ ۗ ﻳَﻬْﺪِﻯ ٱﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻨُﻮﺭِﻩِۦ ﻣَﻦ ﻳَﺸَﺎٓءُ ۚ ﻭَﻳَﻀْﺮِﺏُ ٱﻟﻠَّﻪُ ٱﻷَْﻣْﺜَٰﻞَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ۗ ﻭَٱﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻰْءٍ ﻋَﻠِﻴﻢٌ
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nur – 24:35)
*Dapat dimakan dan dapat dibuat menjadi minyak (Qs.23:20)
ﻭَﺷَﺠَﺮَﺓً ﺗَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦ ﻃُﻮﺭِ ﺳَﻴْﻨَﺎٓءَ ﺗَﻨۢﺒُﺖُ ﺑِﭑﻟﺪُّﻫْﻦِ ﻭَﺻِﺒْﻎٍ ﻟِّﻻْءَﻛِﻠِﻴﻦَ
dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan. (Al-Mu’minun – 23:20)
*Di antara berkah zaitun ialah dapat dipakai untuk mengobati
SUMBER: DOADANKAJIANISLAMI


via Bin Usrah

Sumber : 1CiteMalaya